Kamis, 17 Desember 2009

[Sharing] Mendongeng dan Didongengi

oleh : Wiwit Wijayanti

Saya mempunyai seorang putri yang saat ini berusia 4,5 tahun. Sejak putri kami lahir, saya dan suami mempunyai kesepakatan yang tak terucap bahwa kami ingin anak kami mencintai kegiatan membaca. Dengan keinginan ini, sejak putri kami bisa dipangku dengan posisi duduk pada usia empat bulan kami mulai membelikannya buku. Yang saya maksud buku disini tentu saja buku bergambar dengan sedikit teks. Namun karena anak dalam usia ini belum bisa berkonsentrasi dalam waktu lama, maka kegiatan membacakan buku ini hanya kami lakukan selama sekitar dua menit, dua atau tiga kali sehari.

Kegiatan membacakan buku ini terus berlanjut. Beberapa bulan kemudian kami mulai membiasakan membacakan buku sebelum putri kami tidur. Sebetulnya, beberapa referensi yang kami baca menyatakan bahwa ”mendongengi” lebih baik daripada ”membacakan buku” karena dongeng akan membuat anak berimajinasi lebih luas dan meningkatkan kreatifitas mereka. Namun sayang, saya dan suami sama-sama menyatakan tidak pandai membuat dongeng. Walaupun beberapa teman mengatakan ”Karang saja dongeng-dongeng sederhana, ajak anakmu ikut mengembangkan ceritanya, mudah kok!” Tapi tetap saja, ketika kami berusaha rasanya garing, sehingga kami menyerah dan kembali mengandalkan buku.

Kebiasaan membacakan buku cepat sekali terlihat hasilnya dalam menanamkan rasa cinta buku kepada putri kami. Ketika berusia sepuluh bulan dan harus opname di rumah sakit, buku menjadi pengusir jenuhnya. Putri kami dapat melupakan tusukan infus di lengan yang mengganggu aktifitasnya saat kami bacakan buku atau saat dia membuka-buka bukunya sendiri. Ketika usianya mendekati satu tahun, kegemarannya pada buku makin menjadi. Kegiatan membacakan buku sebelum tidur bukannya membuatnya mengantuk, tapi malah membuat segar-bugar. Duh! Di satu sisi kami senang karena hal ini menunjukkan bahwa dia mulai menyukai kegiatan membaca dan bercerita, tapi satu sisi yang lain repot juga kan kalau sampai susah tidur begitu? Kadang kami sampai sudah mengantuk, tak punya energi untuk membaca, namun justru putri kami masih segar dan dia menawarkan sebuah solusi ”Ibu tidur saja, Vari yang cerita ya?”

Seiring dengan kemampuan bicaranya, makin terlihat pengaruh positif dari membacakan buku kepada putri kami. Perbendaharaan kosakatanya sangat kaya. Terkadang kami sampai kaget mendengar dia mengucapkan sesuatu yang rasanya belum pernah kami ajarkan dan ketika dikonfirmasi ternyata dia mendengar dari cerita di buku yang kami bacakan. Wah, ternyata kami yang pelupa.

Kegemarannya terhadap buku ini juga memudahkan kami untuk menjauhkannya dari televisi. Putri kami tak pernah merasa kehilangan jika kami tak menyalakan televisi karena dia telah cukup terhibur dengan buku dan mainannya yang lain.

Salah satu kegemaran putri yang muncul kemudian adalah mengarang cerita. Dengan bekal cerita-cerita yang telah didengarnya, dia menjadi suka merangkai cerita. Baik mengembangkan cerita yang sudah ada, mengarang cerita baru dengan menggunakan tokoh-tokoh yang dikenalnya atau membuat cerita yang sama sekali baru. Jika sudah bercerita, idenya mengalir tak kunjung habis, betah sekali dia bercerita, bisa sampai lima belas menit. Kegemaran ini kemudian kami dukung dengan membelikannya boneka tangan dan boneka jari berbentuk binatang. Senang sekali putri kami menerima hadiah ini. Dia jadi bisa memvisualisasikan ceritanya. Dan ternyata boneka ini juga bisa memancing kreatifitas saya dan suami, kami jadi bisa mendongeng dengan alat bantu boneka tangan dan jari ini. Senang sekali!

Ide cara mendongeng lain yang baru-baru ini kami temukan didapatkan dari salah satu VCD yang dimiliki putri kami, yaitu dengan membuat pertunjukan bayangan atau wayang. Menyiapkan pertunjukan ini menjadi proyek bersama keluarga kami. Putri kami dan suami saya menggambar tokoh-tokoh cerita yang mereka inginkan di kertas karton, lalu saya bertugas untuk menggunting gambar mereka dan memasang bambu kecil (saya pakai tusuk sate kambing) untuk pegangan wayangnya. Cukup banyak wayang yang kami buat, tak hanya tokoh-tokoh cerita saja, namun kemudian berkembang ke benda-benda lain seperti rumah, kereta, awan, matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Kemudian kami siapkan layar, lilin di belakang layar, mematikan lampu, dan pertunjukan wayang ala kami pun siap digelar.

Sungguh, membaca dan mendongeng memang aktifitas yang menyenangkan!

note :
gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar