Selasa, 08 Desember 2009

[Cinta Dongeng, Cinta Baca] Buku-ku Kehidupanku

Oleh : Ari Pardono

Mendongeng. Itu adalah kegiatan yang umumnya dilakukan oleh orang tua atau guru-guru taman kanak-kanak atau guru Sekolah Dasar. Kegiatan mendongeng yang dilakukan orang tua, biasanya dilakukan saat-saat mau menidurkan sang buah hati, sedangkan para guru mendongeng acapkali dilakukan di saat waktu-waktu jam pelajaran kosong atau saat menanti bunyi bel tanda kegiatan sekolah telah usai. Jarang sekali kegiatan mendongeng dilakukan dengan persiapan khusus, misalnya masalah waktu, tema atau muatan yang akan disampaikan pada obyek yang dituju. Tapi itu dulu, sekarang ini dengan banyaknya media infomasi yang canggih seringkali kegiatan ini terlupakan. Praktis kegiaan mendongeng sekarang ini sangat jarang dilakukan oleh para orang tua atau guru. Mungkin ada baiknya disela-sela banyaknya mata pelajaran di sekolah,kegiatan mendongeng menjadi satu mata pelajaran tersendiri sehingga kegiatan ini mempunyai nilai setara dengan mata pelajaran lainnya.

Masih terbayang jelas sewaktu masih kanak-kanak dulu disaat sore hari setelah maghrib, ayah segera menggelar tikar di halaman rumah. Sambil menunggu ibu berjualan di depan rumah ayah mendongeng cerita untukku. Biasanya ayah mendongeng cerita kancil dan kawan-kawannya. Menarik sekali ayah waktu itu mendongeng untukku. Bahkan sering kali kali dongeng yang dia bawakan sampai sekarang belum ada yang bisa menceritakannya kembali. Kalau hanya cerita Kancil, Bawang Merah Bawang putih, Joko Bodho, Ande-ande Lumut, Timun Emas mungkin semua orang sudah hafal cerita-cerita tersebut. Bahkan sudah diterbikan dalam bentuk buku atau ditayangkan dalam bentuk sinetron atau film, tetapi cerita tentang kisah keluarga dengan belasan anak dan orang tuanya ingin membuang anaknya satu persatu ,dengan mengajaknya pergi ke hutan mungkin hanya ayah yang menyimpan cerita itu, atau dongeng burung gagak yang kehausan di hutan hingga suatu waktu menemukan sebotol air dan kebingungan meminumnya, itu merupakan bagian cerita langka yang ayah miliki. Waktu itu aku sangat antusias sekali dengan berbagai dongeng ayah, sehingga setiap menjelang tidur aku selalu menagih ayah untuk mendongeng, dan selalu ayah menyediakan waktu untukku.

Ayah yang sengaja meluangkan waktunya untukku merupakan cermin tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Terbiasa berbagi peran dalam keluarga bukan merupakan hal yang tabu dalam keluarga kami, terkadang ibu tidak sempat karena kesibukannya. Ayah yang kemudian mengganti ibu untuk sementara waktu demi aku dan saudara-saudaraku. Kebetulan ayah lebih ekspresif dalam membawakannya, sehingga aku dan saudara-saudaraku lebih suka kalau ayah yang mendongeng. Aku kadang larut dalam cerita ayah sehingga bila yang diceritakan tentang kisah-kisah sedih, aku ikut menangis seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam dongeng tersebut. Ketika ayah mendongeng, beliau bukan hanya semata-mata bercerita saja, tapi juga diselingi dengan nyanyian-nyanyian yang menjadikan cerita menjadi lebih hidup. Berbagai tokoh atau karakter yang ada dalam dongeng bisa ayah bawakan dengan baik. Dari karakter binatang sampai karakter seorang gadis atau janda dalam cerita bawang merah dan bawang putih, ayah mampu memerankannya dengan baik.

Kemampuan ayah mendongeng dengan baik tidak terlepas dari pengalaman ayah sewaktu remaja yang biasa bermain wayang atau bersandiwara. Dan hal itu pernah dibuktikan sendiri ketika ada pentas agustusan di kampung secara spontanitas ayah bisa bermain sandiwara dengan bagus. Mungkin karena itu sehingga dongeng yang dibawakan secara monolog bisa menjadi lebih hidup. Layaknya seorang dalang ayah bisa memainkan tokoh dalam dongeng dengan sempurna.
Kebiasaan ayah mendongeng setiap malam menjelang aku dan saudara-saudaraku menjelang tidur sangat mengasyikkan. Karena hal itu merupakan hiburan bagi keluarga kami yang tidak mempunyai televisi. Kemampuan ekonomi keluarga yang pas-pasan sehingga ayah tidak mampu membeli televisi. Praktis hiburan malam hari yang biasa dilakukan oleh kami sekeluarga adalah bermain-main atau mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh ayah.

Ada kejadian yang menarik yang dialaami kakakku. Mungkin kejadian itu tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Suatu waktu ketika di kelas gurunya mendongeng kisah bawang merah dan bawang putih dan dia tiba-tiba menangis keras sehingga guru dan kawan-kawan sekelas bingung, Gurunya mengira kakakku dijahilin kawannya, tapi ternyata dia larut dalam cerita yang dibawakan sang guru. Kemudian guru kakakku menghentikan dongeng tersebut dan kelas akhirnya dibubarkan. Padahal sebelumnya ayah sudah menceritakan dongeng tersebut. Rupanya kakakku selalu terbayang dengan cerita itu, sehingga ketika kembali diceritakan di sekolah dia semakin terbawa dan menganggap itu kisah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman masa kecil di atas rasanya susah di temui dalam kehidupan zaman sekarang. Aku yang kini sudah berkeluarga dan mempunyai pasangan yang sama-sama bekerja, membuat waktu yang kami sisihkan untuk mengawasi secara penuh kehidupan anak-anak menjadi sangat terbatas. Berangkat kerja pukul enam pagi dan pulang saat maghrib merupakan rutinitas sehari-hari. Namun demikian istriku masih menyempatkan diri untuk membacakan buku cerita untuk si kecil waktu menjelang tidur malam tiba. Sedangkan di kala siang posisi itu sepenuhnya berada di tangan mbak, pengasuh anak-anakku. Mereka diwajibkan untuk membacakan buku cerita untuk anak-anak kami, baik yang sudah bersekolah maupun yang masih bayi. Harapannya mereka bisa terhibur dan terbiasa dengan kegiatan membaca serta bercerita.

Kegiatan membaca buku cerita itu sekarang menjadi bagian dalam kehidupan kami sekeluarga. Karena kami berpikir membacakan cerita lebih mudah dibandingkan dengan mendongeng yang harus hafal di luar kepala. Apalagi seperti yang dilakukan ayah dulu, rasanya sekarang ini susah dijalani. Sehingga pilihan dengan membacakan buku cerita menjadi pilihan utama. Oleh karenanya sejak awal kami menikah, kami bersepakat untuk tidak memiliki televisi terlebih dahulu. Sengaja kami ciptakan kondisi demikian karena hal ini untuk merangsang anak-anak supaya gemar membaca juga. Kami khawatir di saat anak-anak belum mengenal buku, mereka sudah terlena dengan tayangan-tayangan di televisi. Tentu saja hal ini bukan perkara mudah yang harus kami sampaikan kepada keluarga besar, apalagi kepada para pengasuh yang usianya masih ABG. Tapi Insya Allah sejauh ini mereka memahami. Jadilah sekarang di rumah banyak buku cerita, majalah, tabloid dan koran yang kami jadikan sebagai media hiburan dan informasi. Disamping itu juga kami menyediakan radio tape untuk mengikuti perkembangan berita-berita terbaru. Sedangkan untuk menghilangkan rasa kejenuhan kadang-kadang di akhir pekan kami luangkan waktu untuk berjalan-jalan di luar. Ke tempat rekreasi, mengunjungi pameran atau mengikuti pengajian rutin, selain untuk menghilangkan rasa jenuh, tujuan lainnya adalah untuk mengikuti perkembangan kehidupan sehari-hari. Bagaimanapun juga tidak bisa dipungkiri bahwa melihat realitas kehidupan nyata pada lingkungan sekitar juga akan menambah wawasan dan pengetahuan.

Untuk: Ayahnda Sugiyo, Farah Kholistiana, Hannan Taqqiyul Islam dan Hannin Nur Syahidah serta mbak-mbak pengasuh.


(diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel "Cinta Dongeng, Cinta Baca)

Note :
gambar diambil dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar