Selasa, 29 Desember 2009

[Cinta Dongeng, Cinta Baca] “Bunda,…. Mau Dong Diceritain??!!”

oleh : Widyana Abdullah


Cerita kami dimulai, ketika kakak lahir. Saat itu, semua waktu dan perhatian kami tercurah hanya untuk dia. Bermain…makan…jalan-jalan…
tidur… semua hanya dengan kakak. Kami bisa merasakan, bahwa saat itu ‘situasi rumah’ berjalan nyaman-nyaman saja.

Semua terasa berbeda, ketika adiknya lahir.
Huffff...
Hampir tiap hari terjadi keributan. Entah berebut mainan, entah berebut makanan…atau apalah, yang bisa memancing keributan mereka. Terus terang kami sangat prihatin.

Sudah banyak buku yang kami baca, untuk mencari cara memecah perselisihan antara kakak adik. Berbagai metode sudah coba kami terapkan. Tetapi tetap saja hasilnya tidak seperti yang kami harapkan.

Satu hal yang coba kami mengerti, bukannya kakak tidak menyayangi adik, atau bukan juga kakak tidak ingin berbagi dengan adik. Tetapi kakak hanya ingin mencuri perhatian dari kami. Perhatian yang dulu hanya diberikan untuknya…kebersamaan yang dulu hanya mutlak untuk dia.

Kalau sudah begini kami sangat bingung. Kami merasa tidak pernah membedakan mereka berdua. Tidak pernah memberi lebih pada satu diantara mereka. Kami terus mengevaluasi diri…evaluasi…dan selalu evaluasi, apakah kami sudah melakukan kesalahan dalam mengasuh.

Dengan berjalannya waktu, ada suatu peristiwa yang mengubah semuanya.
Saat Dinda sedang menangis, berebut mainan dengan kakaknya. Saya datang dengan buku kumpulan dongeng ditangan. Saat itu saya hanya berpikir, mungkin dengan membacakan cerita dari dalam buku kumpulan dongeng ini, saya dapat menyatukan mereka berdua dalam satu kegiatan yang bisa membuat mereka menjadi lebih tenang.

”Hayo, siapa yang mau bunda dongeng in…?” kata saya sambil menunjukkan buku kumpulan dongeng.
Kakak dan adik menoleh. Mereka melihat buku yang saya tunjukkan. Ajaib, adik sudah tidak menangis lagi. Kakak pun sudah tidak segarang tadi ketika sedang berebut mainan dengan adiknya.

Buku itu cukup menyita perhatian mereka. Sengaja saya membawa buku kumpulan dongeng yang didalamnya banyak gambar-gambar yang menarik. Digambar dengan bentuk-bentuk yang lucu. Dan di warnai dengan warna yang menarik. Belum saya bacakan saja, mereka sudah tertarik.

“Gambar apa ini Bunda?”
“Ini hewan apa Bunda?”
“Mereka sedang apa bunda?”
Begitu celoteh mereka. Mereka baru saja melupakan kejadian yang membuat mereka bertengkar. Sekarang mereka sedang duduk bersama dengan saya. Adik di kanan dan kakak di kiri. Mereka mendengarkan saya mendongeng.

Saat itu, saya membacakan dongeng tentang dua ekor angsa. Angsa-angsa itu kakak-beradik. Mereka hidup rukun…saling bantu…dan saling berbagi. Kehidupan mereka sangat bahagia.
Hingga akhirnya, banjir melanda di daerah mereka. Sang adik angsa hilang hanyut diterjang banjir. Betapa sedih dan kesepian hidup sang kakak angsa. Setiap hari kakak angsa menyusuri sungai untuk mencari keberadaan adik angsa kesayangannya. Dan, hingga suatu hari pencarian itu membuahkan hasil. Adik angsanya berhasil ditemukan dalam kelompok angsa lain di hulu sungai. Betapa bahagia sang kakak angsa. Mereka berkumpul kembali dan hidup bahagia.

Sejak saat itu, kakak dan adik lebih bisa menempatkan perannya. Mereka menjadi lebih rukun. Kami sangat bersyukur sekali. Dan sejak saat itu, setiap hari kami membiasakan diri untuk menyempatkan membaca beberapa dongeng. Kakak dan adik selalu antusias jika saya sudah memegang buku kumpulan dongeng favorit mereka.

Sebenarnya, tanpa kita sadari mendongeng adalah cara yang sangat efektif untuk membentuk kepribadian anak-anak kita sejak dini. Dengan mendengarkan dongeng atau cerita, anak-anak dapat menilai perbuatan mana yang baik dan mana yang tidak baik melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Dongeng juga mengandung nilai-nilai etika, moral, kejujuran, kerja keras, kesetiaan, dll.

Kakak dan adik menjadi terbiasa mendengar dongeng dari saya. Mereka selalu meminta saya untuk mendongeng. Kami, bertiga…duduk bersama mendongeng…mendengar berbagai cerita, menyalurkan berbagai emosi mereka, ada sedih, marah, gembira…menggali banyak ilmu darinya…

Mereka menjadi ‘sangat ingin tahu’ hanya dengan melihat gambar-gambar yang ada di dalam sebuah buku. Terkadang, saya melihat mereka berdua sedang membuka-buka halaman buku-buku kumpulan dongeng yang lain (yang sengaja kami beli kemudian) hanya untuk sekedar melihat gambarnya. Kemudian menerka-nerka cerita yang ada di dalam buku. Bahkan, pernah saya melihat kakaknya, mencoba bercerita untuk adiknya meski hanya melihat dari gambarnya saja.

Ada sebuah kebiasaan baru dari keluarga kami sekarang. Jika kami ingin memberi hadiah untuk anak-anak, kami akan lebih memilih membelikan hadiah buku dongeng atau buku ilmu pengetahuan kepada mereka. Dan mereka selalu menyambutnya dengan antusias.

Percayalah, buku adalah aset yang tak ternilai harganya. Melalui buku, anak-anak kita tumbuh dengan wawasan, dan kematangan berpikir mereka. Dengan buku, anak-anak mengenal berbagai nuansa emosi. Ada emosi sedih, marah, geli, dan lain sebagainya, dalam suatu jalinan kasih sayang yang akrab antara seorang ibu dan anaknya. Anak-anak akan begitu gembira mendengar dongeng-dongeng kita. Sekaligus merasa aman dan mesra dekat dengan kita.

Saya pikir, alangkah baiknya jika kita bisa menyediakan sedikit dari waktu kita untuk mendongeng bersama dengan anak-anak kita. Ada beberapa kiat yang bisa kita terapkan agar mendongeng kita menjadi ‘sedikit’ menarik (karena saya pikir, kita bukan pendongeng yang handal bukan?).
a. Pilihan tema cerita dan isi cerita harus tepat untuk usia anak-anak kita.
Bila usia anak di bawah 6 tahun, umumnya punya daya khayal tertentu dengan cerita binatang.
Bila usia anak di atas 6 tahun, mereka sudah bisa diberi dongeng tentang manusia.
b. Menirukan suara orang, binatang, angin.
Usahakan untuk tidak bercerita secara monoton. Saat kita menyebut seseorang berbicara, maka tirukanlah suaranya dan bedakanlah secara jelas dengan tokoh lain.
Demikian juga, saat kita menyebut binatang, tirukanlah auman harimau, meong kucing, desis ular, gonggongan anjing, ringkik kuda, cicit tikus dan sebagainya.
Semua itu akan menjadi titik perhatian dan kelucuan bagi anak-anak.



Daftar Pustaka
Putri Pandan Wangi, PANDUAN MENDONGENG UNTUK SI KECIL, cetakan pertama Maret 2006, Penerbit Lintang Pustaka.

(diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel "Cinta Dongeng, Cinta Baca")

note:
gambar dipinjam dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar