Selasa, 29 Desember 2009

[Cinta Dongeng, Cinta Baca] Ayo Kenali Indonesia Lewat Dongeng dan Cerita Rakyat!

Oleh : Eka Nugraha Putra

Ketika generasi muda kita saat ini sedikit jumlahnya yang mengenal betul budaya bangsa Indonesia yang pada jaman dahulu lahir dari dongeng, cerita rakyat dan legenda maka pilihan yang paling mungkin dilakukan untuk mengenalkan budaya Indonesia lewat bacaan adalah kepada anak-anak. Sosok anak-anak adalah sosok yang polos dan mudah meniru dari apa yang diketahuinya, dilihat, didengar termasuk juga yang dibacanya.

Miris tentunya kalau sampai anak-anak Indonesia yang akan jadi generasi mendatang bangsa ini justru lebih mengenal budaya luar negeri, sekarang saja gelagatnya sudah mulai nampak. Ketika generasi muda kita ada yang membentuk komunitas Harajuku dimana itu merupakan budaya Jepang, apakah kita mau anak-anak sekarang jadi “Jepang”, “Amerika” dan “Inggris” tapi fisiknya Indonesia? Tentunya tidak.

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari pengenalan budaya Indonesia lewat dongeng dan cerita rakyat, antara lain :
1. Anak-anak Indonesia akan mendapat banyak pelajaran moral sejak dini, dongeng kancil yang banyak sekali versinya itu banyak memberikan pesan-pesan moral atau contoh lain cerita rakyat Kepel Iwel-Iwel dari Yogyakarta yang punya pesan moral agar kita tidak menilai orang dari sosoknya saja.
2. Alternatif hiburan anak yang edukatif, kalau dibiasakan sejak dini maka anak-anak akan punya kegemaran membaca. Kegemaran membaca yang jadi kebiasaan positif ini tentu lebih baik ketimbang kegemaran anak-anak sekarang yang suka menonton televisi dengan acara yang semakin minim nilai edukasinya atau bermain playstation sampai lupa waktu.
3. Menumbuhkan minat baca, dimulai dari bacaan yang ringan, menghibur namun tetap mendidik maka nantinya anak-anak akan terbiasa dengan buku, kalau kebiasaan ini dibawa sampai dewasa maka membaca akan menjadi bagian dari tiap-tiap individu di Indonesia. Kebiasaan inilah yang akan membuat bangsa kita punya peradaban membaca.

Namun memang ada sedikit hambatan ketika kita akan menularkan kegemaran membaca dan rasa cinta akan budaya Indonesia dimana anak-anak juga merupakan sosok yang labil, sehingga tidak mungkin disodori langsung buku-buku bacaan tersebut, perlu pendekatan yang berbeda namun akhirnya tetap mengena. Pendekatan ini menggunakan tiga tahapan agar nantinya hasil yang didapat anak-anak ini bisa punya rasa cinta tanah air dan budayanya sendiri. Tiga tahapan tersebut diawali pada tahapan mengenal dulu budaya daerah masing-masing, mempelajari nilai-nilai positif dalam ekspresi kebudayaan tersebut (bentuknya bermacam-macam seperti bahasa, lagu, cerita rakyat dan lain-lain). Tahapan berikutnya adalah mengapresiasi, dimana anak-anak pada tahapan ini menjadikan budaya daerah asalnya yang sudah dikenali dan dipelajari itu dihargai, dengan menghargai budaya daerahnya akan timbul rasa cinta sehingga tanpa diminta pun mereka akan menjaga produk-produk kebudayaannya. Tahapan yang terakhir dan terpenting adalah mengaktualisasi, bentuk menjaga produk kebudayaan pada tahapan mengapresiasi salah satunya diterapkan lewat cara mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Lewat tahapan ini nantinya anak-anak selain menjadi gemar membaca akan punya rasa cinta terhadap budaya Indonesia.

Berdasarkan pengalaman saya, ketika saya aktif sebuah komunitas yang bergerak di bidang sosial, khususnya anak-anak (yatim piatu, anak jalanan dan anak-anak lainnya). Kegiatan yang berkaitan dengan menumbuhkan minat baca memang merupakan kegiatan yang belum bisa berdiri sendiri, artinya memang harus ada kegiatan utama dan kegiatan baca dongeng serta cerita rakyat ini mendampinginya.
Pada saat itu gagasan yang sempat muncul adalah program pengenalan budaya Indonesia lewat buku-buku bacaan yang berisi dongeng, legenda, fabel dan cerita rakyat asli Indonesia. Program ini dinamakan Ayo Kenali Indonesia! Dalam Ayo Kenali Indonesia ini tiga tahapan (mengenal, mengapresiasi dan mengaktualisasi) menjadi unsur-unsurnya dimana tahapan mengenal dan mengapresiasi adalah langkah teknisnya dan bertujuan agar anak-anak bisa mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaannya tidak hanya terpaku pada anak-anak yang berada di sekolah saja, namun juga anak-anak lain di luar sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Panti Asuhan, Anak Jalanan, Rumah Singgah dan lain-lain). Artinya program ini ditujukan mampu membawa dampak yang lebih luas karena segmen yang ditarget juga lebih luas. Ide dasar dalam program ini adalah dengan mengenalkan cerita-cerita rakyat dari berbagai daerah kepada anak-anak tersebut. Dikenalkan di sini artinya pelaksana programnya berlaku sebagai pencerita atau bisa juga meminjamkan buku-buku cerita rakyat tersebut kepada mereka. Pada pertemuan berikutnya mereka diminta menceritakan ulang dalam bahasa dan gaya mereka sendiri di hadapan teman-temannya. Dua pertemuan ini sudah mengakomodasi tahapan mengenal dan mengapresiasi yang sudah diuraikan di atas, namun ini harus dilakukan dengan sering karena belum tentu dua kali pertemuan saja efektif. Dengan terus menambah koleksi cerita maka program ini bisa terus berjalan. Bahkan bukan tidak mungkin dikembangkan dalam bentuk apresiasi versi anak-anak didikan ini sendiri, misalnya pementasan drama berdasar cerita rakyat yang dipilih, gambar atau komik strip dengan ide cerita dari cerita rakyat yang dipilih dan lain-lain. Semua itu dilakukan dengan tujuan mereka mampu mengaktualisasikan kebudayaan daerah sebagai akar kebudayaan nasional sejak dini.

Jadi menurut saya, bacaan dan dongeng yang perlu ditekankan adalah edukasi, namun edukasi berupa pengenalan terhadap kebudayaan dan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia. Tujuan akhirnya adalah anak-anak gemar membaca dan menyadari keragaman budaya kita.

(Diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel "Cinta Dongeng, Cinta Baca")

Note :
Gambar dipinjam dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar