Senin, 28 Desember 2009

[Cinta Dongeng, Cinta Baca] Ummi, Bacakan Buku Cerita Untukku..

Oleh : Dwi Yuli Rahayu

Untuk merangsang minat baca anak, tak dapat dipungkiri, bahwa dengan cara membacakan cerita kepada anak atau mendongeng sangat berpengaruh kuat pada kecintaan anak terhadap buku. Karena sebuah kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan sangat berpengaruh pada kebiasaan anak setelah mereka dewasa.

Sebagai ibu dari seorang putra yang sekarang berusia 21 bulan, saya berharap bahwa anak saya kelak akan tumbuh menjadi anak yang gemar membaca. Maka melalui tulsian ini, saya hanya ingin memberikan sedikit pengalaman tentang kebiasaan membacakan cerita kepada anak.
Usia dini atau para ahli sering menyebutnya dengan Golden Age, adalah usia-usia yang sangat tepat memulai segala sesuatu dengan kebaikan. Menanamkan kebiasaan yang baik pada anak adalah salah satunya. Jika kita berharap anak kita akan cinta membaca, maka sudah seharusnya sejak dalam kandungan kita harus membiasakan kebiasaan ini pada diri kita. Mulai dari diri kita sendiri untuk menyukai membaca. Dan ketika anak kita lahir maka kenalkan secara dini aktivitas membaca buku padanya. Karena usia anak saya masuk pada golongan batita, maka saya lebih suka mengenalkan buku yang bergambar menarik, penuh warna warni. Biasanya saya membacakan cerita ketika akan tidaur dan di waktu-waktu senggang dengan melihat keadaan anak apakah pas untuk dibacakan cerita atau tidak. Biasanya anak batita akan sangat tertarik jika dibacakan dengan menunjukkan gambar-gambar seraya memperdengarkan alur cerita yang berhubungan dengan cerita dan dengan intonasi suara yang pas. Jangan seperti membaca teks. Usahakan ketika membacakan cerita, suara disesuaikan dengan alur cerita. Misalkan suara kucing ya ucapkan kata “meong..” dan sebagainya.

Saya merasakan ajaibnya membacakan cerita kepada anak saya adalah, ketika suatu malam saya merasa kecapekan, dan tidak membacakan dia buku, tiba-tiba anak saya yang ketika itu berusia 19 bulan, mengambil sebuah buku di rak buku khusus milik dia sambil mengatakan “ta..ta…” mungkin maksudnya “baca-baca cerita Ummi”, maklum anak saya masih belum lancar bicaranya waktu itu. Subhaanalloh, saya sangat takjub dengan itu semua. Benarlah kiranya kebiasaan baik itu harus ditanamkan sejak dini. Begitu pula ketika saya membacakan sebuah cerita tentang kisah sahabat Rasulullooh, yang di buku ada kalimatnya” Salman dipeluk oleh ayahnya”, dan ada gambarnya dua orang anak dan bapak saling berpelukan. Seketika itu juga, anak saya segera menghampiri abinya dan mengatakan “uk..uk..” yang artinya “peluk…peluk..”.
Dari situ saya juga memahami bahwa, ketika membacakan ceritapun sebagai orang tua kita harus memperhatikan apa yang kita bacakan untuk mereka. Kemudian tak lupa untuk memilah mana buku-buku yang seharusnya mereka baca. Jangan asal dongeng, dan asal minta membaca, namun yang mereka baca tidaklah bermanfaat. Pilihlah buku-buku sains yang sekarang dikemas secara apik, sehingga anak tidak merasa sedang membaca buku yang “berat”. Begitu pula jika anak sudah mulai senang membaca dan kita tahu ternyata dia lebih suka membaca komik, maka pilihkan untuknya komik yang berbobot. Sekarang sudah banyak komik-komik yang tidak melulu tentang sebuah pertarungan, percintaan yang dikemas dalam sebuah komik kartun, tapi sudah banyak komik tentang tokoh-tokoh ilmuwan, seperti komik Aviciena, Hayyan Ibnu Jabir, semua itu komik yang mengisahkan tentang penemuan mereka dalam bidang kedokteran dan ilmu fisika.

Menurut saya, banyak tantangan dalam menumbuhkan minat baca anak, karena biasanya sebagai orang tua kita kadang berpikir instant. Sudahlah dari pada capek-capek mending suruh nonton televisi saja. Akhirnya mereka, anak-anak itu menjadi enggan untuk menyentuh buku apalagi untuk membacanya. Sebagai orang tua, sudah sewajarnya kita harus lebih memperbanyak wawasan tentang pendidikan anak, karena buku merupakan sumber ilmu yang tidak bias dipandang sebelah mata. Kita bisa dengan mudah membedakan anak yang suka membaca buku dan yang tidak suka. Anak-anak yang suka membaca buku, kosa katanya cenderung berlimpah dibandingkan dengan anak yang tidak suka membaca buku. Ini saya temukan dengan memeprhatikan anak-anak di sekitar lingkungan rumah saya.

Pada akhirnya, menumbuhkan minat baca haruslah dimulai dari lingkungan terdekat anak, yaitu keluarga. Banyak program-program pemerintah, sekolah, instansi yang menggembor-gemborkan tentang bagaimana menumbuhkan minat baca anak. Bahkan diperingati setiap bulan September dengan berbagai acara-acara yang sangat meriah. Namun terkadang jika kita cermati, hanya berhenti sampai pada gebyarnya saja, jarang ada tindak lanjutnya. Padahal seharusnya yang digenjot untuk menumbuhkan minat baca itu adlah orang tua. Bagaimana anak akan gemar membaca jika di rumah mereka tidak ada buku yang memadai sebagai bahan bacaan, atau mereka sama sekali tidak pernah melihat orang tua mereka membaca buku. Ini merupakan tantang besar bagi kita semua sebagai orang tua. Sudah selayaknya gerakan-gerakan massal tentang pentingnya membaca kita tekankan kepada orang tua. Jika alas an ekonomi tidak mampu membeli buku, maka jalan keluarnya sangat mudah. Ada banyak perpustakaan disekitar kita.

Di akhir tulisan ini, hanya ingin meluruskan satu pemahaman, bahwa kecintaan anak terhadap buku hanya bisa dimulai dari lingkungan terdekat mereka. Adakah orang di dalam keluarganya yang biasa membacakan cerita untuknya? Atau adakah orang di dalam keluarganya yang peduli bahwa hadiah terindah atas semua prestasi yang dicapainya dan kado terindah dalam setiap ulang tahunnya adalah sebuah buku? Hm..sepertinya jarang ya kita menemui orang tua yang memberi kado ulang tahun anaknya dengan sebuah bingkisan berisi buku. Mudah-mudahan kita bisa memulainya dari sekarang.

Sedikit memberi kiat dalam rangka membiasakan anak dalam mencintai buku. Pertama, jadikan toku buku atau perpustakaan sebagai tempat favoritnya atau hadiah jalan-jalan atas segala prestasinya atau dalam rangka kado ulang tahunnya. Atau bisa mengajaknya ke pameran buku yang sering digelar. Kedua, bacakan cerita bergambar untuk usia batita, dengan menunjukkan gambar-gambarnya. Perhatikan gaya bahasa dan intonasi anda dalam bercerita. Usahakan setiap kata-kata dalam cerita seperti nyata. Misalkan, jika disebutkan suara kakek-kakek, cobalah bersuara seperti kakek-kakek, caranya dengan menggigit bibir bagian bawah. Atau jika suara anak-anak cobalah dengan suara kecil dan seterusnya. Ketiga, jadikan memberi hadiah atau kado berupa buku sebagai kebiasaan dalam setiap momen-momen penting. Jangan lupa pilih buku yang menarik dari segi warna, ketebalan buku (jangan terlalu tebal atau terlalu tipis, jika terlalu tebal anak sudah malas membawanya karena berat), pilihkan juga yang berisi gambar-gambar yang menarik. Keempat, jika anak menyukai buku sejenis komik, pilihkan komik yang bermutu, karena apa yang anak-anak baca akan terekam dengan sendirinya di dalam otak mereka. Kelima, hindari mengenalkan anak pada buku-buku yang bertema kekerasan, mengandung pornografi, dan menyelipkan kata-kata yang tidak sopan ataupun kasar.

Sedikit berbagi pengalaman, mudah-mudahan bermanfaat. Sehingga anak-anak kita akan dengan sendirinya meminta kita untuk membacakan cerita untuk mereka. “Ummi, bacakan buku cerita untukku…

(diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel "Cinta Dongeng, Cinta Baca")

note:
gambar dipinjam dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar