Rabu, 30 Desember 2009

[Cinta Dongeng, Cinta Baca] Berawal dari Rumah :Menumbuhkan Cinta Baca & Buku Pada Anak

oleh : Luluk Maslachah

Kalimat itulah yg menjadi acuan saya untuk memulai segalanya dari rumah, terutama dalam hal mendidik anak. Dari Rumahlah kita mendapatkan ilmu pertama kali, mulai sejak dalam kandungan, lahir, balita, remaja sampai dewasa. Hal-hal kecil dan kebiasaan yang dilakukan di dalam rumah tangga adalah merupakan pelajaran penting yang tidak langsung menjadi ilmu pertama anak kita.
'Anda mungkin punya simpanan kekayaan berlimpah ruah : Peti-peti perhiasan dan pundi-pundi emas. Namun kau tidak pernah bisa lebih kaya daripada aku ---- Aku punya bunda yang membacakanku buku'. --Stirickland Gillilan,'The Reading Mother- dari : READ ALOUD Handbook.

Dalam mendidik anak, saya tidak punya obsesi atau target bahwa anak saya harus bisa membaca pada umur tertentu. Malah cenderung saya membebaskan anak saya untuk bisa membaca secara alami sesuai usia pertumbuhannya. Karena bagi saya, memaksa anak untuk bisa membaca sebelum usianya adalah sama saja menyiksa anak secara halus, otaknya dipaksa untuk berpikir dan menghapal yg seharusnya dia sedang mengalami masa pertumbuhan dengan bebas dan terarah baik motorik halus dan kasarnya. Jika ada anak yg sudah bisa membaca sebelum usia sekolah, memang itu suatu keistimewaan si anak dan menjadi kebanggaan bagi orang tuanya... Nih loh.. anak saya usia 2,5 tahun sudah bisa baca, anak saya belum masuk TK sudah lancar membacanya...

Kemampuan pada anak sangat berbeda-beda, dalam hal ini kemampuan mengenal huruf dan membaca. Hal itu tergantung bagaimana peran serta orang tua dan keluarga yang mengeliling anak tersebut. Istilah lain adalah “anak bisa dan terbiasa karena iklim dan kebiasaan keluarga tempat dia tinggal”.

Saya teringat, seorang psikolog anak mengatakan, bahwa mengajarkan atau lebih ekstrimnya memaksa anak untuk membaca adalah sama saja dengan ‘memampatkan perkembangan otak anak dan menjadikan otak anak tersebut jadi mudah lelah’. Berdasarkan hal itu, sejak anak saya dalam kandungan, saya juga tidak mempunyai keinginan untuk mengajarkan anak membaca pada usia yg belum waktunya. Tetapi saya “menekankan pada anak untuk mencintai buku”. Mungkin anda jadi bingung kan ? Ada yg berpendapat, mencintai buku kan juga sama saja menyuruh anak untuk membaca. Boleh..bisa jadi..


Tapi dalam hal ini yang saya tekankan adalah bahwa anak mulai usia Nol Tahun sampai usia balita sudah ‘mengenal dan mencintai buku’. Tidak perlu dia harus bisa membaca untuk mencintai buku sejak kecil. Karena meskipun anak sudah bisa membaca, apalagi yang diikutkan kursus baca, belum tentu sepulang dari rumah dia akan suka membaca sampai besar nanti. Sungguh sayangkan? Padahal biaya untuk kursus baca juga tidak murah apalagi bagi keluarga sederhana seperti saya.

Bagaimana caranya ?
Masing-masing ibu dan orang tua tentu mempunyai cara yang berbeda-beda untuk mengenalkan cinta buku pada anaknya. Sejak anak saya masih bayi dan masih saya gendong, saya suka mengajak dia ke toko buku. Pada waktu itu koleksi buku anak saya belum begitu banyak, saya suka membacakan dia apa saja, buku, koran, tulisan yang seolah-olah saya berbicara dengan dia. Sehingga dia merasa diajak bicara ternyata waktu saya bacakan dia diam seolah2 dengan tekun mengerti apa yang saya bacakan. Dan jika dia menangis karena mengantuk, maka saya bacakan dia apa aja yang bisa dibaca, sampai suatu waktu saya pernah membacakan anak saya buku resep makanan. Ternyata dia tidak tidur2 juga. Mungkin dia pikir bacaan resep makanan yang berisi bahan bumbu halus, bahan isi, bumbu kuah dan sejenisnya itu merupakan suatu cerita yg menarik, dikira dongeng kali ya...meski ibunya yg baca sudah terkantuk2...hehhehe. Akhirnya saya tertegun, anak ini kok gak tidur2 tapi tetap mendengarkan. Saya sadar, bahwa ada anak yg diam dan tidak rewel jika dibacakan sesuatu hinga saya mempunyai keyakinan bahwa anak saya ini suka dibacakan.

Dan kemudian ketika anak saya menginjak usia 6 bulan, dia sudah bisa duduk, saya bertambah giat untuk mencarikan buku-buku anak untuk dia. Alhasil dia sangat suka, meski masih dipegang-pegang, dibuka tidak beraturan, sampai sobek jika kertasnya tipis tapi saya lihat ‘dia sangat menikmati’ dengan mainan bukunya. Pada usia selanjutnya, tiap hari terutama pada waktu mau tidur saya suka membacakan buku anak pada dia. Sampai sekarang, saya sempat kecapekan karena sudah membacakan lebih dari 10 bukupun dia kok tidak tidur? akhirnya ibunya yg tertidur pulas.. hehehhee

Pada usia 1 tahun ke atas setelah dia bisa jalan sendiri, saya ajak dia ke toko buku, dari situlah terlihat bahwa anak saya suka buku. Meskipun dia belum mengenal huruf dengan pasti tapi dia sudah tertarik dengan gambar yang dia suka terutama Ikan, Pesawat, kereta api dan alat transportasi lain. Saya merasa nyaman jika mengajak anak saya ke toko buku karena dia sangat menikmati sekali suasananya dan dia suka juga berkeliling2 untuk mencari gambar2 yang dia suka. Tapi dengan syarat, perut anak saya tidak boleh kosong sewaktu masuk ke toko buku sehingga acara bs berjalan dengan lancar.. J

Pada umur mendekati 2 tahun dan sampai sekarang dia berumur 2,9 tahun, Jika saya ajak ke toko buku ataupun pameran buku, saya senang sekali karena dia tidak merasa capek dan rewel untuk berkeliling mengikuti saya melihat-lihat dan mencari buku.
Jika dia melihat gambar depan buku yang dia suka, seperti ikan, pesawat, kereta, dan sebagainya, dia akan berhenti di depan rak buku tersebut dan berteriak, Bu.. itang.... awat.., terus dia ambil salah satu buku ditunjukkan ke saya dan dia buka-buka buku tersebut dengan riang.

Ada sesuatu yang lucu dan membikin saya haru pada waktu dia saya ajak ke acara Book Fair Jakarta 2009 di Gelora Bung Karno. Dari Depok kita naik kereta menuju Jakarta, kemudian kita naik busway 2 kali, trus kita berjalan dari pintu gerbang ke gedung... anak seumur dia gitu loh...syukur tidak rewel dan sangat enjoy ajjaa.... hehhehe. Saya ajak dia keliling mengunjungi stand-stand di pameran itu. Kita tahu bahwa stand yang ikut pameran waktu itu banyak sekali, jadi tidak mungkin kita masuki satu persatu. Jika saya sudah menemukan buku yg cocok untuk dia terutama yang harganya tidak mahal2 banget, dia tampak gembira. Akhirnya sampai di stand terakhir yang mendekati pintu keluar... karena sudah capek dan kantong sudah menipis, eh dia malah jongkok di depan rak buku yang berisi buku anak-anak bergambar bagus-bagus itu...kebetulan buku yang dia lihat berukuran besar dan berada di rak bagian bawah, saya cuma nunjukin dia aja, ituloh gambarnya bagus. Dan saya lanjutkan untuk melihat buku lainnya. Lah kok ternyata dia tidak bergerak sedikitpun dari rak tersebut...malah dia terus jongkok, diam di situ dan tidak mau berdiri...Saya sempat kebingungan, padahal saya sudah niat dan bertekad jangan’kepincut buku’ yg di stand ini deh . Eeeehh.. anak saya malah tidak bergeming, saya ajak pulang dan keluar ruangan tidak mau. Akhirnya dengan terpaksa saya harus mengambil ATM dadakan yang disediakan oleh panitia. Saya keluar gedung dan sebelumnya tidak lupa saya titipkan anak saya ke Mbak penjaga stand, untung mbaknya baik dan tidak judes.. :-) Akhirnya.... terbeli lagi buku yang ‘ditongkrongi’ anak saya meskipun dia rela saya tinggal untuk pergi ke ATM. Pengalaman yg tidak terlupakan....

Sepulang dari toko buku, biasanya anak saya selalu langsung minta dibacakan atau dijelaskan isi buku tersebut, baik gambarnya, ataupun kita disuruh menggambar seperti yg ada di buku tersebut.Yah.. memang kadang capek, karena dia minta dilakukan berulang2 padahal kita masih barusan masuk rumah, belum membereskan hal-hal lain. Tapi Tidak masalah ...Demi anak ...:-)

Alhamdulillah.... ternyata anakku sangat suka dan mencintai buku meski belum bisa membaca. Alhasil, dengan seringnya saya lihatkan buku2 baik sewaktu kita di rumah mapun waktu ke toko buku, setiap dia melihat huruf atau angka dia selalu meneriakkan beberapa huruf dan dibaca dengan kata yang lain. Misal dia berteriak A U B O dengan percaya dirinya membaca jadi kata ‘ PESAWAT’ atau kata lain...hehhehehe. Otomatis sampai sekarang jadi akrab dengan huruf-huruf yang ada di sekelilingnya, apapun dan dimanapun yang dia lihat ada huruf-hurufnya, dia selalu memanggil saya dan bicara, “Bu...A,B,C,H,.. dst“ maksudnya, dia memberitahu ada tulisan disana, baik itu tulisan yang terpampang besar di jalan2 atau tulisan kecil merk di bagian dalam leher baju. hehhehe sungguh tidak menyangka...Sekarang jika kita sedang melihat sesuatu, baik itu langsung di hadapan/sekitar kita atau di TV, saya selalu bicara, ‘Dek, itu kan seperti yang ada di buku Faiz’...dia meng-iyakan dan menunjuk arah buku dan minta diambilkan buku yang sama dengan obyek tadi.

Saya terus berusaha mengenalkan pada dia bahwa : ”Buku adalah Jendela Ilmu”. Ilmu apa saja, pengetahuan umum, kemandirian anak, agama, sosial dan sebagainya.
Dengan buku yang sering saya bacakan pulalah perbendaharaan kata anak saya semakin banyak dan bertambah. Buku yang kita berikan untuk anak tidak harus selalu dengan harga mahal, banyak buku2 bekas yang masih bagus dan isinya juga mendidik, kenapa tidak ?
AYO KITA GIATKAN “CINTA BUKU PADA ANAK KITA” sehingga mereka menjadi generasi yang berwawasan luas, punya ilmu yang bermanfaat bagi hidup dan lingkungan sekitarnya.

(diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel "Cinta Dongeng, Cinta Baca")

note: gambar dipinjam dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar