Senin, 13 Juli 2009

Memberi Contoh dan Mengalihkan pada Kegiatan Fisik adalah Hal Terbaik untuk Mengurangi Pengaruh Media

Ditulis oleh Myristikha Kusumaningsih


Waktu saya kecil dulu mungkin pengaruh media baik di televisi, internet maupun di tempat-tempat publik tidak sebanyak dan sedashyat saat ini. Sehingga apapun yang kami terima melalui apa yang kami lihat pun tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap perkembangan kami dibandingkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang diberikan oleh orang tua. Jarang sekali acara nonton film di tv apalagi di bioskop, apalagi sewaktu saya kecil, bapak sering berpindah-pindah tugas di beberapa propinsi di Indonesia yang belum semaju di Jakarta dalam hal hiburan.

Perkembangan teknologi media mulai terlihat dan dirasakan pada saat saya memasuki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) bertepatan pula bapak dipindah-tugaskan di Jakarta. Untungnya karena norma yang diajarkan oleh orang tua tertanam dengan baik didalam hati jadi saya bersyukur tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh media yang negative.

Hal ini pula yang menjadi landasan saya sebagai seorang ibu yang sudah diamanahi dua bocah lucu dan tinggal di Jakarta dengan berbagai macam pengaruh media yang tidak berfilter. Siapa lagi yang menjadi pengontrol dan pembimbing anak-anak kalau bukan ibu. Saya memilih untuk tidak berkarir, dan bertekad bulat untuk menemani anak-anak paling tidak sampai mereka melewati masa-masa emasnya.

Dalam hal, pembatasan menonton acara televisi saya memperbolehkan anak-anak menonton yang sesuai dengan usianya dan dibatasi maksimal tiga jam sehari masing-masing setelah makan pagi-siang-sore, dan tetap saya dampingi. Karena pada saat jeda acara, ada tayangan iklan yang sebenarnya tidak sesuai dengan usia balita, dan membuat bingung anak-anak yang harus kita jelaskan dengan bahasa sederhana dan sesuai logika mereka. Saya dan suami rela untuk tidak melihat acara televisi sampai waktu tidur anak-anak untuk memberi contoh kepada mereka, sehingga mereka juga tidak kecanduan menonton televisi.

Karena masih balita, anak-anak belum saya perkenalkan dengan internet. Saya pun baru akan online apabila anak-anak tidur atau pada saat sekolah. Disekolah mereka sudah diperkenalkan dan diajarkan bermain game edukasi melalui komputer. Terkadang anak pertama saya yang sekarang duduk di TK-B mulai menuntut meminta main game di computer. Kebetulan pula, saya dan suami bukan tipe orang yang suka bermain game, jadi tidak terpasang game di computer kami selain solitare (kartu), hanya itulah yang bisa dimainkan oleh anak kami itupun dia cepat bosan karena belum terlalu mengerti.

Pengaruh dari teman-teman dan saudara cukup kuat dalam hal kepemilikan PSP ataupun Game Boy. Sembilan puluh persen dari mereka pasti jika bepergian membawa PSP-nya untuk mengisi waktu pada saat menunggu ditempat makan atau menunggu orang tuanya berbelanja. Anak saya pun sudah mulai merengek-rengek minta dibelikan. Saya alihkan perhatiannya biasanya dengan memilih tempat makan yang ada playground-nya walau cuma perosotan sudah cukup mengalihkan perhatian dari permainan games. Atau jika saya berbelanja kebutuhan keluarga, saya libatkan mereka untuk memilih barang-barang kebutuhan anak-anak dan meminta pertimbangannya.

Tapi ada satu hal yang merupakan hobby saya dan suami yaitu nonton film di bioskop yang akhirnya menjadi kegemaran anak-anak juga. Tetapi tentu saja, film yang boleh ditonton oleh anak-anak adalah yang untuk semua umur. Pernah juga salah pilih film ternyata untuk remaja, saya harus menjelaskan berulang-ulang semampu mungkin adegan yang membuat anak-anak bingung dan kurang mengena logikanya.

Terdengar mudah memang dalam hal mengalihkan perhatian anak-anak dari media, tapi untuk praktek dan kenyataannya diperlukan kesabaran, keuletan serta perhatian yang lebih supaya anak-anak mau mengikuti permainan yang kita ajarkan daripada hanya menonton TV, atau bermain game saja di computer. Terkadang saya sendiri sampai kecapean karena harus menemani anak-anak 24 jam sehari, apalagi anak-anak termasuk yang sangat aktif, jadi mereka lebih banyak memilih kegiatan fisik seperti bermain sepeda, bermain bola, ber-scooter atau otoped, berlari-larian, pretend play dan lebih sedikit bermain puzzle, maze, kartu, mewarnai, menggunting, menempel dan sejenisnya karena memang masih masanya untuk aktif sekali.

Memang sepertinya anak-anak kami terlihat seperti Jadul (jaman dulu) dan ketinggalan jaman karena tidak mengikuti trend anak-anak saat ini, tapi saya mencoba untuk memberikan pendidikan sesuai dengan usia-nya, dan itulah yang terbaik untuk mereka. Seperti juga orang tua saya dahulu, saya-pun mencoba untuk memberi norma dan nilai yang mudah-mudahan akan tertanam baik dalam sikap dan perilaku anak-anak sampai besar nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar