Senin, 13 Juli 2009

Kiat Mengontrol Media Hiburan Bagi Anak Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Ditulis Oleh Nurazizah Asfahani

Bismillahirahmanirrahiim


Pada dasarnya, anak-anak sering meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dari cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai orang-orang di kelilingnya (orang tua mereka) juga gemar membaca. Mereka meniru Ayah, Ibu, Kakak, teman, guru atau orang dewasa disekelilingnya yang mempunyai kebiasaaan membaca dengan baik, begitu juga jika disekelilingnya memiliki kebiasaan menonton televise yang acaranya mohon maaf saja banyak acara di TV yang kurang mendidik dan tidak patut ditonton oleh anak-anak kita.Bagaimana jika disekeliling anak-anak kita yang orang dewasanya menonton sinetron setiap jam dan harinya?bisa dibayangkan akan seperti apa anak tersebut?dengan demikian, orang tua, guru serta orang dewasa disekelilng anak-anak dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal baik, termasuk perilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru khusunya melalui media baik cetak maupun elektronik khususnya.

Pada suatu hari,ada seorang murid saya di TK A sebut saja namanya Rina. Saya ingat sekali saat itu masih di awal semester 1 tahun ajaran 2008-2009, Rina sering terlambat datang ke sekolah. Suatu ketika Saya bertanya-tanya dari dalam hati, “ kenapa ya Rina sering terlambat, apakah dia tidak nyaman berda di kelas yang barunya, atau apakah Karena macet tetapi rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah?” akhirnya tanpa pikir panjang lagi Saya bertanya kepada Rina.Karena kita sering menyapa dengan bahasa Inggris, sambil waktu “play outside” saya mendekatinya..Rina, Ms. Hani wants to ask you? Why are you late today?and yesterday also? Dia hanya tersenyum dan tidak menjawab saya. Come on Honey, I just want to know, why are you late? Lalu dia mulai ingin menjawab, dengan santainya Ananda menjawab:” kan aku nonton princess dulu, kan kata mama nggak apa-apa terlambat”. Selain itu Rina juga gemar bernyanyi lagu orang dewasa. Lalu setiap kejadian itu berulang, sedikit demi sedikit Saya nasehati Rina dengan penuh perhatian dan kasih sayang, salah satunya memotivasi dia bahwa di sekolah juga ada acara menonton bersama teman-teman. Memang di sekolah kami memiliki sentra audio visual untuk menonton film yang bersifat edukatif dan agamis. Alhamdulillah, Rina jarang terlambat, jika terlambatpun bukan karena menonton. Selain itu Ada lagi contoh seorang murid yang sering on line di Face book hanya untuk mengubah status dan berkomentar, serta bermain game online di internet.
Bagi Saya sebagai guru TK maupun pribadi, Subhanallah, Media Elektronik baik TV, games, maupun internet sangat berpengaruh besar terhadap perilaku anak-anak yang seperti Saya katakan sebelumnya senang meniru.
Dengan sedikit ilmu dan pengalaman yang saya peroleh serta kekhawatiran saya terhadap masa depan Anak-anak Indonesia umumnya, akhirnya Saya berkesempatan memberikan sedikit kiat untuk para orang tua dan para pendidik untuk mengontrol Media hiburan baik cetak maupun elektronik, yaitu antara lain:
1. Jangan meletakkan TV, komputer, serta media elektronik lainnya di kamar anak, bila perlu letakkan barang-barang tersebut di ruang khusus yang dapat di pantau oleh orang tua dan dewasa. Jadi jika anak menonton atau bermain komputer dapat diawasi oleh anda.
2. Dampingi anak anda jika ingin menonton, bermain komputer . jika perlu anak diberikan waktu kapan harus menonton, bermain komputer, main di luar dan lain sebagainya sehingga secara tidak langsung kita juga mengajarkan anak untuk disiplin waktu. Dan itu sangat positif sekali, jika kita membimbingnya dengan penuh kasih sayang.
3. Bimbing anak jika ingin menonton, bermain komputer dan games. Serta arahkan anak untuk menonton film-film edukatif seperti National Geography, kartun yang memiliki bobot pelajaran bahasa seperti, Dora Explorer, Barney, dll serta games interktif yang mendidik dan melatih motorik ananda seperti menyusun puzzle, angka dan huruf, persamaan kata, mewarnai, kosa kata bahasa Inggris dan banyak lagi. Jika perlu perbanyak film , games, serta bacaan yang bersifat edukatif. InsyaAllah hal tersebut dapat membantu orang tua, tetapi selkali lagi BATASI dan beri waktu.
4. Jangan sekali-kali anda menonton televisi seperti sinetron, infotaiment dan acara dewasa lainnya di depan anak anda. Jika terpaksa mohon diarahkan ke acara lain atau jika terlanjur menontonnya diberi nasehat bahwa hal tersebut bukan untuk ditonton anak.

Tambahan, Saya juga mempunyai keponakan, dia sering ikut menonton sinetron karena melihat ibu dan neneknya, sehingga hafal lagu soundtack sinetron tersebut dan tidak jarang dia menyanyi lagu dewasa. Dalam hati saya berfikir, apa yang terjadi pada anak-anak kita, dan apa masih ada pencipta lagu anak-anak? Mengapa mereka (anak-anak) sering menyanyikan lagu: cari jodoh, lupa-lupa ingat, atau please, jangan lebay, dll. Sedih rasanya...saya memiliki jawaban tersendiri karena masalah kurangnya acara anak di televisi yang berbobot dan mendidik, kurangnya badan sensor yang menyaring acara TV, serta faktor orang tua dan dewasa yang membiarkan anak menikmati tontonan yang harusnya tidak ditonton oleh mereka. Kalau bukan kita siapa lagi......memang media hiburan bagi anak di Negeri tercinta ini kurang selektif, jadi bukankah kita para orang tua yang lebih selektif??

Saya belum dipercayakan Sang Maha Pencipta untuk memiliki keturunan, keponakan saya dan murid-murid saya tercinta yang menjadi motifasi saya untuk mencoba membenahi dan mengontrol media hiburan bagi mereka dengan cara dari dalam diri sendiri yaitu apakah kita orang dewasa sudah layak mengontrol media hiburan dari mata kita??apakah kita dapat menasehati diri kita sendiri untuk tidak menonton sinetron, telenovela, berita perceraian artis Serta online di Facebook berjam-jam tanpa memperdulikan tugas kita sebagai orang tua? Bagi saya di mulai dari diri sendiri, sehingga perhatian, bimbingan dan kasih sayang kita kepada anak, InsyaAllah semua itu akan berhasil.Amiin.
Alhamdulillah.






REFERENSI

• Kenapa Guru Harus Kreatif?, anak sering meniru,Andi Yudha Asfandiyar, Mizan,2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar