Kamis, 23 Juli 2009

Anak dan Ketergantungan Media

Ditulis oleh Trias Saputra
Diikutsertakan dalam Kuis Media Diet for Kids

Manusia bergantung pada media. Media di sini tidak hanya terbatas pada media cetak maupun elektronik, namun juga media interaktif (contohnya internet). Hal inilah yang sedang menimpa manusia sekarang. Kita dapat melihat bagaimana kebutuhan akan media berkembang pesat. Kebutuhan akan media yang berkembang pesat disebabkan adanya suatu anggapan bahwa siapa yang menguasai informasi maka ia yang akan bertahan di tengah arus globalisasi yang kian deras. Selain kebutuhan akan informasi, media juga dapat dijadikan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang lainnya seperti hiburan, membangun sebuah hubungan, bahkan kebutuhan yang bersifat rohaniah. Hal tersebut membuat media berperan besar dalam kehidupan manusia atau bahkan mengendalikan kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi yang ada membuat media semakin mudah untuk diakses. Misalnya saja internet yang kini sedang populer. Menjamurnya warnet (warung internet), hadirnya hot spot, dan adanya handphone yang terkoneksi internet membuat internet menjadi mudah untuk diakses. Teknologi juga membuat media lain seperti koran dan televisi semakin asyik untuk dinikmati. Kemudahan dan keasyikan ini tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa namun juga oleh anak-anak. Harus kita sadari bahwa media telah menyentuh berbagai segi kehidupan manusia. Dan di dalamnya termasuk anak-anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak sekarang sangat menggemari media yang ada. Mulai dari komik, majalah, televisi, dan bahkan yang terbaru adalah internet. Fenomena ini tentu saja membawa berbagai dampak bagi anak-anak. Informasi dan pengetahuan yang melimpah yang didapatkan anak-anak dari media memang menjadi keuntungan tersendiri. Namun yang menjadi masalah adalah munculnya kekhawatiran dari beberapa kelompok individu terhadap dampak negatif adanya media. Kekhawatiran ini menjadi wajar ketika melihat berbagai kasus di mana anak-anak berbuat kekerasan hanya karena meniru apa yang disajikan oleh media. Kekhawatiran ini menjadi wajar mengingat media sekarang sedang terjebak fundamentalis pasar. Sehingga media lebih mementingkan kebutuhan pasar. Hal tersebut berimbas pada kualitas dari apa yang disajikan oleh media. Media menganggap apa yang disajikan hanya sebagai komoditas belaka. Sajian yang berorientasi pada nilai dan pelajaran moral mulai disingkirkan dan digantikan dengan sajian yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan industri.

Melihat fenomena tersebut, seharusnya kita menjadi waspada dan peduli terhadap masa depan anak-anak kita. Dapat kita bayangkan bila anak sebagai individu yang masih labil dan mudah terpengaruh harus mendapat pengaruh negatif dari media. Dalam sebuah teori yang bernama teori Jarum Hipodermik dikemukakan bahwa kekuatan media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak yang pasif tak berdaya. Kekuatan media yang mempengaruhi khalayak ini beroperasi seperti jarum suntik, tidak kelihatan namun berefek (Severin – Tankard, Jr, 2005: 152). Berdasarkan teori ini dapat kita lihat bahwa sajian negatif yang ada di media dapat mempengaruhi perilaku sang anak.

Oleh karena itu anak harus diberikan perhatian lebih. Perhatian ini tidak hanya diberikan oleh pemerintah melalui kebijakannya, namun yang lebih penting adalah kontrol dari keluarga. Kontrol keluarga tersebut harus berorientasi pada pencegahan. Sehingga pengaruh negatif tersebut dapat dikurangi sedini mungkin. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengontrol dan melindungi anak-anak dari dampak negatif media.

1.Mencari alternatif media yang lebih kecil dampak negatifnya. Pengalaman penulis dapat membuktikannya. Dulu ketika penulis masih duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama), televisi penulis mengalami kerusakan. Penulis yang waktu itu sangat menggemari tayangan televisi dan bahkan dapat menonton hingga jam dua belas malam menjadi sangat bosan. Ternyata tanpa diketahui ibu penulis memang membiarkan televisi itu rusak. Selain karena ayah penulis yang bisa membenarkan televisi belum pulang dari Jakarta (rumah penulis berada di Yogyakarta), ibu juga prihatin melihat penulis yang berlebihan dalam menonton televisi. Ibu merasa bahwa penulis jadi malas dan selalu tidur malam. Tanpa sengaja penulis melihat radio yang lama tidak dipakai. Setelah mencoba menyalakan radio beberapa kali, ternyata ada kesenangan yang ditemukan. Penulis menganggap bahwa radio tidak membuat mata lelah, dapat meningkatkan imajinasi karena harus menggambarkan apa yang dikatakan penyiar dalam pikiran (pada waktu itu penulis suka mendengarkan cerita silat), dan membuat penulis belajar untuk mendengarkan orang lain.

2.Menulis apa yang didapatkan dari media. Keluarga harus mengajari anak untuk menjadi aktif dalam menikmati apa yang disajikan media. Misalnya saja ketika menonton acara di televisi, anak dapat diajak untuk menulis apa yang menarik yang ia dapatkan dari acara yang ditonton. Kemudian keluarga dalam hal ini orangtua memberikan catatan dan masukan untuk tulisan tersebut. Cara ini secara tidak langsung meningkatkan kreativitas anak.

3.Mencari kegiatan yang tidak berhubungan dengan media. Misalnya saja bermain permainan tradisional dan ikut dalam komunitas atau organisasi. Hal ini dikarenakan media seperti komik, televisi, game online, dan internet membuat anak tidak dapat berinteraksi dengan temannya secara maksimal. Anak akan cenderung individualistis dan egois. Langkah ini secara tidak langsung akan mengurangi ketergantungan anak terhadap media.

Akan tetapi dari berbagai cara yang ditawarkan, yang terpenting adalah teladan. Teladan dari orang tua dan keluarga yang membuat anak akan terhindar dari dampak negatif dari media. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat, sehingga larangan terhadap sesuatu hanya akan membuat anak semakin penasaran. Teladan dari orang tua dan keluarga menjadi jawabannya dan akan membuat anak secara cerdas mengetahui hal yang buruk dan baik. Selain itu keberhasilan ketiga hal di atas juga ditentukan oleh teladan dari orang tua. Tanpa teladan dari orang tua dan keluarga, ketiga hal tersebut hanya bagaikan memukul dalam air.

Daftar Pustaka
Severin Werner J. dan James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5. Jakarta: Kencana.


note:
gambar diambil dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar