Oleh:
Luqman Hakim"Wah keren lho, acara 'anu' ratingnya sampe 9..."Omongan yang kerap dibincangkan ketika membicarakan acara televisi. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan
rating juga
share di dunia televisi?
Rating:
Jumlah pemirsa
–––––––––––––––– X 100%
Populasi Penduduk
Persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu terhadap populasi atau suatu target populasi.
Share:
Pemirsa pada channel tertentu
––––––––––––––––––––––––– X 100%
Jumlah total pemirsa
Persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua channel.
* * * * *
Sebelum bertambah pusing dengan rumus di atas, mari kita bahas pertanyaan paling dasar tentang televisi; Mengapa stasiun televisi kerap berpedoman pada
rating dan
share sebagai barometer dari kesuksesan sebuah acara?
Sekilas Abstrak Rating & Share Punya teman yang kerja di stasiun televisi?
Coba tanyakan apa itu
rating dan
share, tanyakan sejelas mungkin sampai kita benar-benar mengerti istilah ini. Tanyakan saja sebagai orang awam yang tak mengerti istilah 'aneh' dunia televisi. Berani dijamin, tak semua orang yang bekerja di stasiun televisi mengerti benar tentang
rating dan
share kecuali mereka yang memang ada di divisi
programming yang biasa mengurus penempatan slot acara, terutama juga yang ada di departemen riset yang memaparkan fakta data
rating & share untuk ditindaklanjuti keberlangsungan program acara, pun para eksekutif produser, produser dan asisten produser.
Sudah menjadi keharusan seorang eksekutif produser, produser dan asisten produser mengerti benar istilah
rating dan
share agar mahfum, apakah acara yang dikelolanya masuk kategori ditonton atau diacuhkan pemirsa. Sudah menjadi kewajibannya juga bagi para manajer apalagi direksi mengerti istilah ini untuk menentukan kebijakan ekspansi atau malah memberangus sebuah acara.
Setiap hari Rabu, AGB Nielsen lembaga riset yang mengkhususkan diri pada Survey Kepemirsaan Televisi (
Television Audience Measurement –
TAM) mengucurkan data statistik ke 10 stasiun televisi nasional minus TVRI. 10 stasiun televisi terestrial (sebutan untuk tv yang siarannya sampai ke seluruh Indonesia) antara lain; RCTI, SCTV, Trans TV, Indosiar, TPI, Trans 7, tvOne, Global TV, ANTV dan Metro TV.
Ya, kebetulan perusahaan yang membuat Survey Kepemirsaan Televisi di Indonesia yang dipercaya oleh stasiun televisi di Indonesia hanya AGB Nielsen. Entah percaya atau terpaksa percaya, karena tidak ada perusahaan survey riset sejenis yang mampu melakukannya dengan sangat kompleks dan lengkap seperti AGB Nielsen.
Siapa AGB Nielsen? 
AGB Nielsen adalah
joint venture antara
VNU-Media Measurement & Information dan
Audits of Great Britain Group (AGB Group) dengan
Nielsen Media Research-nya yang berdiri Maret 2005.
Sejak itulah AGB-Nielsen Media Research Indonesia resmi beroperasi sebagai badan hukum di Indonesia untuk bisnis Survey Kepemirsaan Televisi.
Jauh sebelumnya di tahun 1976 Nielsen sudah masuk ke Indonesia dan bergabung dengan
Survey Research Indonesia dalam bagiannya dengan
Survey Research Group yang mendata informasi dan pelayanan media cetak dan elektronik untuk keperluan industri periklanan.
Tahun 1991, ketika televisi swasta nasional baru ada tiga, RCTI (1989), SCTV (1990), TPI (1991), Nielsen menawarkan jasa Survey Kepemirsaan Televisi untuk memudahkan televisi swasta nasional mendapatkan kue dari bisnis iklan.
Tahun 1994, Nielsen mengambil-alih
Survey Research Group dan bisnis Survey Kepemirsaan Televisi jadi bagian dari Departemen Media AC Nielsen Indonesia.
Barulah di tahun 2005 nama AC Nielsen sedikit berganti menjadi AGB Nielsen.
Setidaknya ada 30 negara yang sudah didatangi oleh AGB Nielsen dalam melakukan kegiatan Survey Kepemirsaan Televisi, yaitu; Australia, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Armenia, Azerbaijan, Kroasia, Cyprus, Georgia, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Macedonia, Moldova, Polandia, Serbia, Slovenia, Swedia, Turki, Libanon, Afrika Selatan, Republik Dominika, Meksiko, Puerto Rico dan Venezuela.
Penentuan Populasi Data oleh AGB NielsenAGB Nielsen membagi populasi data pada 2273 rumahtangga koresponden yang tersebar di 10 kota besar Indonesia
1, yaitu:
- Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek)
- Surabaya dan sekitarnya (Gerbangkertasusila)
- Bandung
- Semarang
- Medan
- Makassar
- Yogyakarta dan sekitarnya (DIY, Sleman & Bantul)
- Palembang
- Denpasar
- Banjarmasin
Sumber: AGB Nielsen Peoplemeter Technology, January 2010 (agbnielsen.net)Ini sungguh aneh, apabila data yang diambil dari kota besar berdasarkan tingkat populasi penduduk terbanyak, seharusnya riset diambil dari kota berdasarkan urutan penduduk terbanyak seperti data di bawah ini
2:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
| Jawa Barat - Bandung Jawa Timur - Surabaya Jawa Tengah - Semarang Banten - Serang DKI Jakarta Sumatera Utara - Medan Sulawesi Selatan - Makassar Lampung Sumatera Selatan - Palembang D.I. Aceh Riau - Pekanbaru Sumatera Barat - Padang Nusa Tenggara Timur - Kupang Nusa Tenggara Barat - Mataram Kalimantan Barat - Pontianak Bali - Denpasar D.I. Yogyakarta Kalimantan Selatan - Banjarmasin Kalimantan Timur - Samarinda Jambi Sulawesi Tengah - Palu Sulawesi Utara - Manado Sulawesi Tenggara - Kendari Kalimantan Tengah - Palangkaraya Papua - Jayapura Bengkulu Kepulauan Riau - Tanjung Pinang Maluku - Ambon Kepulauan Bangka Belitung - Pangkal Pinang Sulawesi Barat - Mamuju Gorontalo Maluku Barat - Ternate Papua Barat - Manokwari | (38.965.440) (36.294.280) (31.977.968) (9.028.816) (8.860.381) (12.450.911) (7.509.704) (7.116.177) (6.782.339) (5.201.002) (4.579.219) (4.566.126) (4.260.294) (4.184.411) (4.052.345) (3.383.572) (3.343.651) (3.281.993) (2.848.798) (2.635.968) (2.294.841) (2.128.780) (1.963.025) (1.914.900) (1.875.388 ) (1.549.273) (1.274.848) (1.251.539) (1.043.456) (969.429) (922.176) (884.142) (643.012) |
Sumber: BPS Number of Population by Province, 2005 (datastatistik-indonesia.com) Tidak diketahui pasti alasan Nielsen mengapa membagi data populasi pada 10 kota besar yang tak runut berdasarkan jumlah penduduk terbanyak. Apabila memang diambil berdasarkan jumlah populasi terbesar, harusnya Denpasar, Banjarmasin, DI Yogyakarta tidak masuk dalam hitungan, yang masuk adalah DI Aceh, Riau, Padang juga Lampung.
Perlu dicatat, yang diukur dalam Survey Kepemirsaan Televisi oleh AGB Nielsen hanya untuk televisi terrestrial alias televisi dengan jaringan siaran nasional, adapun televisi lokal tidak masuk dalam hitungan.
Rahasia Penghitungan Rating & ShareKoresponden AGB Nielsen tersebar di 10 kota besar Indonesia dan dibagi berdasarkan SES (
Social Economic
Status) kelas A, B, C, D dan E. Tidak diketahui pasti dasar pembagian tersebut, berapa banyak koresponden dari masing-masing kelas, Nielsen hanya mengatakan bahwa tingkat penyebaran panel didasarkan pada
Establishment Survey (ES) di 10 kota besar. Dari sini dilakukanlah pembagian SES berdasarkan populasi yang persentasenya tidak sama antara kelas A, B, C, D dan E. Data yang diambil adalah pola kebiasaan penonton.
Adapun mengenai korespondennya siapa saja, Nielsen memberi batasan bahwa koresponden yang diambil adalah bukan orang televisi dan periklanan, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang memiliki hubungan teman atau tetangga.
Dalam Survey Kepemirsaan Televisi yang dilakukan Nielsen, mereka memberikan alat survey elektronik (
peoplemeter) pada 2273 rumah tangga koresponden untuk dipasang di televisi yang ditonton dan untuk nantinya dipakai sebagai dasar pengukuran kebiasaan menonton televisi. Pembantu, sopir, satpam, tamu dan yang tidak terdaftar sebagai anggota rumah tangga koresponden tidak akan diukur.
Peoplemeter akan mengambil data pada koresponden ketika menonton televisi, jumlah penonton televisi di sekitar dengan tingkatan umur. Ada alat seperti
remote control yang berisi tombol-tombol, seperti tombol 1 untuk ayah, tombol 2 untuk ibu dan sebagainya. Alat ini terhubung langsung ke kantor AGB Nielsen melalui sinyal GSM,
Magnetic Media (CD) pun FTP untuk mencatat aktivitas dan perilaku pemirsa dalam rumah tangga koresponden. Saat mengganti channel, alat itu kembali menanyakan data penonton, begitu pula jika selesai menonton televisi, tombol untuk mematikan pengukuran harus ditekan sebagai tanda tidak diukur lagi. Cukup merepotkan, tapi itu sudah menjadi resiko dari koresponden AGB Nielsen, toh ada imbalan tertentu bila menjadi koresponden.
Data yang terkumpul oleh AGB Nielsen diolah dengan software statistik
'Ariana', data yang diolah adalah data-data berupa pemirsa, demografi, program yang ditonton, iklan, juga saat mengganti-ganti acara. Hasilnya berupa data kepemirsaan, data rumahtangga dan demografi responden, serta data perpindahan channel yang ditonton per menit dari panel rumahtangga yang telah diproses.
Agar kelihatan (agak) sedikit transparan di mata klien terhadap metode penghitungannya, Nielsen memberikan kesempatan bagi orang televisi untuk mengetahui validitas penghitungan dengan langsung melihat lokasi di lapangan, memantau langsung di lokasi apa yang dilakukan korespondennya. Tapi tetap dengan catatan, orang dari televisi itu tidak diperkenankan untuk mengenalkan diri pada koresponden dan menyebutkan identitas dirinya berasal dari stasiun televisi mana. Ditakutkan orang dari televisi tertentu bisa mempengaruhi kebiasaan menonton koresponden Nielsen.
Di sana orang televisi tersebut bisa melihat secara langsung perilaku koresponden dalam mengikuti pengambilan data riset Survey Kepemirsaan Televisi, pun alasan-alasan kenapa acara itu yang ditonton.