Selasa, 23 Februari 2010

Catatan Perjalanan Mendongeng

Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Salam dongeng,

Setelah hampir sebulan (bahkan "setahun") menunaikan amanah mendongeng
keliling di Jogja, barulah saya berkesempatan menuliskan laporan ringkas ini,
sebagai bentuk tanggung jawab moral sebagai pendongeng ...:-).

Perjalanan dongeng keliling (selanjutnya ditulis DK) terwujud atas undangan
penuh cinta dari mbak Yusi, pendiri Perpustakaan Keliling Bali, serta dukungan
penuh dari komunitas sanggar baca (Harapan Mulia-Bantul, Brayat Pesing - Kulon
Progo,Bukit Hijau-Bantul, Rumah Pelangi-Muntilan, Omah Ngisor-Magelang). Kami
bertiga (saya, mbak Yusi, mbak Susan asal Inggris) menghampiri sekaligus
menghibur anak-anak di beberapa sanggar di atas, dengan dongeng dan kegiatan
mewarnai.Kami pun juga berbagi ilmu dan pengalaman dengan para relawan di sana,
seputar pengelolaan taman baca.

Dari perjalanan DK tersebut,saya sampaikan beberapa catatan sebagai berikut :

1. Taman baca yang dipadukan dengan sanggar kesenian, merupaan kombinasi yang
tepat dalam "menggiring" minat baca anak-anak dan remaja. Aneka aktivitas
terkait membaca, dilakukan seiring dengan aneka aktivitas kesenian, yang
tampaknya merupakan ciri khas sekaligus kebanggaan tersendiri bagi tiap-tiap
sanggar.

2. Peran serta para relawan kesenian yang sekaligus sebagai relawan baca,
mengukuhkan dan mengikat anak-anak untuk selalu datang ke sanggar. Berlatih
menari, melukis, bermain musik, menonton video bersama-sama, menjadi kegiatan
keseharian.

Hal ini mestinya menjadi "cambuk" bagi pengelola taman baca yang belum/tidak
menggabungkan kegiatan seni dengan kegiatan membaca, untuk melengkapi
taman/rumah baca menjadi sebuah sanggar seni sekaligus taman baca.

3. Semangat untuk saling belajar sekaligus "bertukar" relawan demi langgengnya
kegiatan sanggar, juga terlihat. Mas Anto dari sanggar Omah Ngisor, misalnya,
rela menempuh perjalanan jauh untuk membagikan ilmu kepada pengelola sanggar
lain di sekitar lereng Merapi. Demikian pula mas Gunawan, pengelola sanggar
Rumah Pelangi, kerap bertandang ke beberapa lokasi yang cukup jauh, untuk
merancang dan mewujudkan kegiatan kesenian massal gabungan beberapa sanggar
taman baca.
Luar biasa !

4. Mendongeng, merupakan aktivitas "selingan" yang menarik minat anak-anak.
Demikian pula bagi para relawannya, yang sebagian tidak percaya diri bila
diminta mendongeng. Alhamdulillah, kami bisa berbagi pengalaman dan menumbuhkan
minat mereka untuk tampil mendongeng.

Oh ya, "amunisi" mendongeng yang sudah saya siapkan sejak dari Jakarta, juga
menarik minat mereka, karena saya membuat sendiri pernak-pernik dongeng dari
bahan-bahan di sekitar rumah. Guntingan kertas, tusuk gigi, serbuk teh, piala
imitasi, topi, sudah bisa dimanfaatkan sebagai alat mendongeng.

5. Pertukaran koleksi bacaan antar taman baca, seperti yang selama ini telah
dilakukan oleh mbak Yusi di Bali, turut menambah gairah para relawan. Secara
bergilir (setiap 2 bulan),koleksi bacaan baru yang sudah dikemas rapi dalam
kotak plastik besar, diantarkan langsung ke sanggar lain. Pertukaran koleksi
antar sanggar telah dikoordinasikan dengan baik oleh mas Gunawan dari Rumah
Pelangi.
Bagaimana dengan kota-kota lain ?

Mudah-mudahan laporan ringkas diatas memberikan inspirasi dan wawasan tambahan
bagi rekan-rekan pengelola taman baca dan perpustakaan dimanapun.

Terakhir, sebagaimana biasanya, saya menawarkan diri untuk mendongeng gratis
bagi taman baca dan panti asuhan di seputar Jakarta, di akhir pekan
(sabtu-minggu)atau sesudah jam kerja. Kirimkan saja SMS ke 0815 8604 9900 untuk
permintaan mendongeng. Tak perlu dijemput..;-).

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Hormat saya,


Sidik Budiyanto
Pendongeng Keliling
Ketua Dompet Sosial Al Kautsar (DSAK) - Jakarta

note:
gambar diambil dari facebook Pak Sidik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar