Entah mengapa setiap mendengarkan lagu anak-anak saya selalu teringat dengan lagu "Aku Anak Sehat". Lagu itu mengingatkan bagaimana pesan media apa pun akan selalu rentan terhadap "intervensi" dan kepentingan penguasa, apalagi pesan media musik rekaman. Coba simak petikan lirik ini..."aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat...semasa aku bayi selalu diberi ASI, makanan bergizi, dan imunisasi. Posyandu menungguku setiap waktu...."
Bagaimana bisa lagu anak-anak berisi "arahan" untuk ibu dan jelas berisi pesan komunikasi pembangunan? namun itulah yang terjadi di era Orde Baru berkuasa di mana media menjadi elemen penting bagi hegemoni penguasa, ideological state aparattus, istilah yang dikenalkan oleh Antonio Gramsci. Tidak hanya kekuasaan pemerintah yanng mungkin hadir dalam pesan media musik populer. Agen yang lain, terutama media dan pasar sangat mungkin hadir di dalamnya.
Hal yang mirip, di mana "arahan" untuk anak hadir, bisa ditangkap di album anak-anak yang bagus ini walau pesannya tidaklah terlalu eksplisit. Arahan tersebut bisa ditemukan di lagu "Menabung". Tidak seeksplisit arahan "Menabung Pangkal Kaya" pada jaman totaliter Orde Baru memang karena unsur negara ataupun penguasa tidak muncul, namun tetaplah modus arahan itu terdengar samar.
Isi pesan lagu yang lain juga menarik. Selain semua lagu di album ini bernuansa ceria dan irama masa kini, pesan di tiap lagu juga unik. Ada kisah superhero lokal di lagu "Gatotkaca". Walau sebenarnya penulis lagu bisa merujuk pada superhero Indonesia yang lebih baru semisal Kapten Indonesia, Darna, Godam, dan Elmaut, daripada Kapten Amerika, Wonder Woman, Superman+Thor, dan Spiderman (walau tidak ada beda superhero Indonesia yang saya sebut dengan superhero Amerika itu :))
Ada juga keceriaan bersekolah di lagu awal "Pesta Sekolah". Hal ini unik karena biasanya bersekolah dikaitkan dengan suasana menjemukan atau kaku semacam piket kelas atau upacara, atau "ketakutan" terhadap otoritas lembaga pendidikan yang berlebihan, semisal ketakutan atas ujian. Namun di lagu ini sekolah adalah pesta. Bersekolah adalah aktivitas yang menyenangkan. Di antara semua lagu, saya paling senang dan agak terkejut dengan lagu "Takkan Nakal Lagi". Lagu ini menunjukkan nuansa baru relasi antara anak dan orang-tua (mama). Lagu ini bercerita tentang kesedihan anak-anak setelah berbuat "kenakalan". Hal yang menarik adalah permintaan si anak agar sang mama juga berhenti marah. Kita sering lupa, relasi orang tua dan anak bukanlah satu arah. Sang anak juga memiliki permintaan dalam relasi tersebut.
Relasi lain sang anak dengan anggota keluarga bisa diamati dalam lagu "Dekat Dekatlah denganku". Lagu yang berkisah kedekatan sang anak dengan adiknya. Sang anak yang menjadi kakak menjadi pelindung bagi sang adik. Relasi yang galib dalam kehidupan namun jarang dimunculkan dalam teks lagu. Biasanya adik di dalam teks media apa pun menjadi obyek kelucuan dan kegemasan orang yang lebih dewasa. Pengaruh media dalam kehidupan anak jelas terlihat dalam lagu "Rocker Kid" dan "Sepakbola". Suasana hidup anak lelaki memang lekat dengan karakter keren dunia dewasa nanti, di mana laki-laki semestinya "nge-rock" dan suka dengan sepakbola.
Album ini secara umum berisi materi yang bagus untuk anak-anak karena mengungkap kehidupan anak-anak terkini. Sayangnya, distribusi tertutup album ini yang hanya melalui satu jaringan makanan cepat saji menjadikan anak-anak sub-urban dan rural memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengaksesnya. Karena lagu anak-anak itu barang langka sebaiknya ada upaya bersama untuk memperluas konten musik populer yang bisa diakses anak-anak seluas mungkin. Hal ini lebih baik daripada anak-anak hanya mengenal lagu-lagu orang dewasa yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak-anak.
Daftar Lagu
1. Pesta Sekolah
2. Takkan Nakal Lagi
3. Rocker Kid
4. Umay Datang
5. Tamasya
6. Sepakbola
7. Dekat, Dekatlah denganku
8. Menabung
9. Doa Dulu
10. Gatotkaca